Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti

Wednesday, March 2, 2011

Nyamuk Modifikasi Dilepas untuk Preteli Kekuatan Nyamuk DBD

Nyamuk Modifikasi Dilepas untuk Preteli Kekuatan Nyamuk DBD
October 4, 2010 at 09:42


Berbagai cara sudah dilakukan untuk memberantas nyamuk demam berdarah tapi tak satu pun yang bisa membuat jumlah nyamuk DBD itu menciut. Kini ilmuwan akan melepas nyamuk hasil modifikasi yang tidak menimbulkan penyakit yang malah bisa mencuri kekuatan nyamuk DBD.

Seperti apa nyamuk modifikasi ini?

Nyamuk modifikasi ini adalah nyamuk-nyamuk yang disuntik dengan wolbachia yaitu sejenis bakteri yang sering ditemukan pada buah dan serangga selain nyamuk.

Nah, bakteri ini sangat suka mengambil protein yang dibutuhkan oleh virus dengue sehingga tidak bisa lagi hidup di tubuh nyamuk.

Nyamuk modifikasi ini akan dilepas di komunitas nyamuk DBD yang kemudian bergabung dan ‘kawin’ dengan nyamuk DBD asli.

Ilmuwan telah mendesain sedemikian rupa, agar bakteri-bakteri itu mudah ditularkan ke nyamuk lain. Bahkan saat berkembang biak, bakteri akan menular pada telur-telur dan keturunan yang dihasilkan oleh nyamuk tersebut.

Jika virus tidak bisa hidup di tubuh nyamuk, maka nyamuk juga tidak bisa lagi menularkannya ke manusia. Harapannya kini adalah, nyamuk hasil modifikasi itu bisa bertahan dan beranak-pinak di habitat aslinya.

Rencana pelepasan nyamuk modifikasi untuk pertama kalinya diumumkan oleh Eliminate Dengue Project. Dengan didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation, proyek tersebut akan dimulai di wilayah sekitar Cairns, Queensland dalam waktu dekat ini.

“Diharapkan, dalam musim hujan yang akan datang kita sudah bisa mempelajari wilayah di mana bakteri wolbachia telah menginfeksi nyamuk-nyamuk penyebab demam berdarah,” ujar Scott O’Neill dari University of Queensland, dikutip dari Ninemsn, Minggu (3/10/2010).

Jika uji coba ini berhasil, Scott dan timnya berencana melanjutkan eksperimen ini di Vietnam kurang lebih 6 bulan ke depan. Sebagaimana di negara-negara tropis lainnya, masalah demam berdarah di Vietnam lebih tinggi dibandingkan Australia.

Sementara itu, di seluruh dunia penularan demam berdarah tercatat masih cukup tinggi. Sedikitnya 2,5 juta orang tertular tiap tahun, sebagian di antaranya anak-anak dan berakibat fatal misalnya kematian.

(up/ir)
http://www.hariini.info/2010/10/04/nyamuk-modifikasi-dilepas-untuk-preteli-kekuatan-nyamuk-dbd/
Saturday, 7 August 2010
7 Penyebab Nyamuk Mengincar Tubuh Manusia

hmm, mungkin banyak yang bertanya kenapa gw melabel postingan ini di info kesehatan. jawabannya adalah karena nyamuk itu salah satu 'vektor' atau pembawa beberapa virus yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit. contohnya demam berdarah dengue, malaria, chikungunya, dll. nah, maka dari itu postingan ini mudah-mudahan bisa mencegah anda-anda tertular dari penyakit yang dibawa oleh nyamuk (lebih tepatnya adalah gigitan nyamuk).
let's check it out!

1. Selalu memakai pakaian warna gelap
Nyamuk sejak dulu memang "diprogram" untuk memburu mamalia, yang kulit dan bulunya cenderung gelap, begitu menurut ahli entomologi Grayson Brown, PhD. Dalam eksperimennya, pekerja laboratorium Brown mengenakan pakaian warna putih. Terbukti, nyamuk tak begitu ngebet pada mereka.

2. Menyemprotkan parfum beraroma bunga
Nyamuk senang menghisap cairan manis pada bunga, sebagai bekal energinya untuk terbang dan menyengat. Jika mengenakan parfum beraroma mawar, tak salah jika nyamuk mengira Anda adalah bunga mawar.

3. Gemar minum bir
Peminum bir ternyata 63 persen lebih menarik bagi nyamuk ketimbang peminum air putih, demikian menurut suatu penelitian di Perancis. Alkohol memang mempengaruhi bau mulut dan aroma tubuh. Meskipun begitu, masih perlu penelitian lebih lanjut apakah hal ini juga terjadi pada peminum tipe alkohol lain, seperti anggur dan koktil.

4. Hamil
Menurut para peneliti, ibu hamil dua kali lebih menarik daripada perempuan yang tidak hamil. Khususnya pada trimester akhir kehamilan, perempuan akan menghembuskan nafas 21 persen lebih banyak, dan ini memikat nyamuk yang memang menyukai karbondioksida dan kelembaban. Suhu tubuh ibu hamil juga cenderung lebih tinggi, sehingga lebih mudah dideteksi oleh nyamuk.

5. Tidak mengosongkan air di bathtub
Tahu kan kalau nyamuk tertarik dengan kubangan atau genangan air. Misalnya air hujan yang tertampung di kaleng kosong. Untuk mencegah nyamuk memasuki rumah, pastikan tidak ada genangan air di rumah, mandilah di bahttub (berendam) setidaknya sekali seminggu saja, pangkas rumput di halaman secara teratur, dan tutupi kolam renang di rumah (bila ada) saat tidak digunakan.

6. Senang tidur larut malam
Nyamuk lebih banyak aktif mulai sore hingga dini hari. Saat itulah mereka mulai berburu di rumah. Hindari kebiasaan makan di luar ruangan, agar tidak menjadi mangsa nyamuk.

7. Sering berkeringat
Para peneliti di Universita Yale mendapati bahwa nyamuk bisa mengincar senyawa kimia dalam keringat kita. Keringat juga bisa membuat obat nyamuk yang dikenakan (misalnya yang dioleskan atau disemprotkan) mudah lenyap. Oleh karena itu, oleskan kembali tiap beberapa jam, namun tidak dianjurkan untuk memakainya terlalu banyak karena bisa menyebabkan iritasi kulit.

sumber: Kompas
Posted by sifa fauzia at 21:37
Labels: info kesehatan
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://2.bp.blogspot.com/_nX9cfxzSRRE/TF1zeqd0c4I/AAAAAAAAAGo/8YiNu5DJJXw/s1600/1_nyamuk2.jpg&imgrefurl=http://lovesunset90.blogspot.com/2010/08/7-penyebab-nyamuk-mengincar-tubuh

KEAJAIBAN NYAMUK..

KEAJAIBAN NYAMUK..

nYAMUK

Mungkin yang kita tahu bahwa nyamuk adalah mahluk yang paling menyebalkan karena sering menghisap darah kita ketika sedang tidur atau santai dan juga dapat menyebarkan penyakit seperti malaria, tapi tahukah anda banyaknya keajaiban Nyamuk yang dimilikinya.

Allah berfirman “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir menyatakan,”Apakah Maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”.Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang di beri-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang fasik.” (QS Al Baqarah:26)

Maksud dari Ayat tersebut adalah Allah mengambarkan betapa Agung dan Besar-Nya bahwa nyamuk yang kecil itu memiliki kelebihan yang tidak bisa tercapai oleh logika manusia.

Adapun kelebihan dan sebagian fakta tentang nyamuk yang di ambil dari Majalah Islam “Qiblati” vol:1 edisi: maret 2006:

1. Dia adalah seekor betina

2. Memiliki seratus mata di kepalanya

3. memiliki 48 gigi di mulutnya

4. mempunyai 3 jantung dalam perutnya, lengkap dengan bagian-bagiannya.

5. Memiliki 3 sayap pada setiap sisinya

6. Memiliki 6 pisau pada belalainya dan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda

7.Dia dilengkapi dengan alat pendeteksi panas yang bekerja seperti infa-merah yang berfungsi memantulkan warna kulit manusia pada kegelapan menjadi ungi hingga terliaht olehnya

8. Dilengkapi dengan alat pembius yang menbantu dari bahaya jarumnya agar manusia tidak merasakannya. Adapun apa yang kita rasa seperti gigitan adalah hasil penghisapan darah

9. Dilengkapi dengan alat penyeleksi darah hingga tidak sembarangan menyedot darah

10. Di lengkapi alat untuk mengelirkan darah hingga darah bisa mengalir lewat belalainya

11. Dan yang lebih mengherankan lagi dari semua ini adalah bahwa ilmu pengetahuan modern telah mengungkapakan punggung nyamuk hidup serangga yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat oleh mikroskop.

Allahu Akbar…Allah Maha Besar

Subhanallaah….Maha Suci Allah

Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita….Amien..
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://imi044.student.umm.ac.id/files/2010/02/1_mosquito-parts.jpg.gif&imgrefurl=http://imi044.student.umm.ac.id/2010/02/05/keajaiban-nyamuk/

Cara Membuat Perangkap Nyamuk Sederhana (But Very Effectiveness)

* Cara Membuat Perangkap Nyamuk Sederhana (But Very Effectiveness)

Cara Membuat Perangkap Nyamuk Sederhana
Setiap dari kita siapa yang tak sebal dengan bunyi nyamuk di malam hari. Tidur enak pun jadi terganggu karena dengungan suara dan gigitannya. Apalagi untuk si kecil. Ia jadi terbangun karena digigit nyamuk, kemudian menjadi rewel. Nah, gara-gara tak ingin si kecil terganggu tidurnya, biasanya kita menggunakan obat nyamuk. Entah yang dalam bentuk semprot, bakar, oles maupun elektrik. Namun obat nyamuk juga tidak sehat jika digunakan dalam jangka waktu lama. Ada tips sederhana yang cukup mudah pembuatannya dan lebih aman karena tidak menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Dengan bahan-bahan alami yang tidak berbahaya bagi kesehatan kita.



Persiapkan bahan-bahan :
- 1 Botol plastik bekas ukuran 1,5 liter.
- 200 ml air
- 50 gram gula merah
- 1 gram ragi (beli di toko makanan kesehatan, warung, atau pasar)

Langkah-langkah pembuatan:
1. Potong botol plastik di pada bagian tengah sehingga menjadi dua bagian. Simpan bagian atas/mulut botol tadi untuk digunakan pada step selanjutnya.


2. Campur gula merah dengan air panas. Biarkan hingga dingin dan kemudian tuangkan di separuh bagian potongan bawah botol (hasil potongan step 1).


3. Tambahkan Ragi. Tidak perlu diaduk. Ini akan menghasilkan karbon-dioksida.


4. Pasang/masukkan potongan botol bagian atas (pada step 1 diatas)dengan posisi terbalik seperti corong. Sesuai gambar dibawah ini.


5. Bungkus botol dengan sesuatu yang berwarna hitam, kecuali bagian atas, dan letakkan di beberapa sudut rumah Anda.

Dalam dua minggu, Anda akan melihat jumlah nyamuk yang mati di dalam botol seperti gambar di bawah ini.


Perhatian :
Gula merah ini mengundang semut untuk datang, jadi jangan lupa diberi tempat seperti tempat tatakan susu kental yang diberi air agar tidak disemuti. Atau cara lainnya dilingkari dengan kapur anti semut (Kapur Ajaib).

Sumber : http://www.apakabardunia.com/2011/02/cara-membuat-perangkap-nyamuk-sederhana.html
Semoga bermanfaat

DBD, mengapa sulit ditanggulangi?

Tuesday, 23 November 2010 06:07

DBD, mengapa sulit ditanggulangi?

Opini

UMAR ZEIN

Beberapa kota besar di Indonesia dikenal sebagai kota endemik DBD (Demam Berdarah Dengue), termasuk Medan. Kota lainnya adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Lampung, Palembang, dan lainnya. Di Sumatera Utara, beberapa kabupaten/kota sudah lama menjadi daerah endemik DBD, seperti Langkat, Tanjung Balai, Binjai, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Serdang Bedagai dan lainnya.

Semakin padat penduduk suatu kota, maka penularan DBD akan semakin mudah dan semakin cepat. Berbagai teori pemberantasan dan pencegahan DBD sudah lama diterapkan. Kita kenal Pokja (kelompok kerja) dan Pokjanal (kelompok kerja fungsional) yang dikatakan sangat efektif untuk memberantas sarang nyamuk di kelurahan dan desa. Ada juga istilah pemantau jentik, jumantik (juru pemantau jentik) yang direkrut dari kepala lingkungan dan kader serta istilah patroli kesehatan.

Semuanya merupakan upaya mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Kita semua tahu istilah 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk, namun faktanya, penularan penyakit ini masih saja berlanjut sepanjang tahun, tanpa dipengaruhi intervensi yang dilakukan. Atau, faktanya, apakah intervensi yang dilakukan sudah benar?. Di sinilah masalahnya! Slogan 3 M (Menutup, Menguras, dan Mengubur) yang secara nasional sudah digaungkan oleh Kementerian Kesehatan/Departemen Kesehatan sejak tahun 80-an, ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Penurunan jumlah kasus atau lebih dikenal dengan Incidence Rate yang ditetapkan secara nasional tidak boleh lebih dari 5 % (lima kasus dalam 100.000 penduduk selama satu tahun) tidak pernah tercapai di suatu daerah endemik. Belum lagi masalah pencatatan dan pelaporan dari seluruh unit layanan kesehatan yang belum maksimal.

Kenapa sulit?
Sebenarnya kejadian luar biasa (KLB) DBD sudah berulang dan untuk kesekian kalinya terjadi di berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Dapat dipastikan kalau kita tidak mengubah cara penanggulangan DBD secara nasional dan serentak, Indonesia tidak mungkin bebas dari KLB DBD.

Virus penyebabnya sudah diketahui ada empat serotipe, yaitu D1, D2, D3 dan D4, namun sampai sekarang obat dan vaksinnya belum ditemukan. Beberapa peneliti sudah menemukan calon-calon vaksin, tetapi masih harus diteliti lebih mendalam. Para ilmuwan masih kalah bersaing dengan virus dengue. Jenis nyamuk penular (vektor) DBD sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yaitu Aedes aegypti yang oleh masyarakat biasa dikenal dengan nyamuk demam berdarah dengan ciri tubuh berwarna belang-belang hitam putih.

Perilaku nyamuk dewasa, habitat perkembangbiakannya sudah dipahami oleh para ilmuwan. Masyarakat awam sudah banyak yang tahu, nyamuk menggigit pada siang hari dan tempat perkembangbiakannya di kontainer buatan yang berada di permukiman penduduk, dan juga kontainer alamiah, seperti di pohon dan bunga-bungaan. Namun ada satu hal yang dilupakan atau luput dari pengamatan kita. Aedes selalu berupaya mempertahankan spesiesnya dengan merubah perilakunya agar keturunannya tetap survive. Aedes juga sudah banyak yang resisten (kebal) terhadap insektisida yang lazim digunakan. Apalagi kalau penggunaannya dengan dosis yang tidak standard dan daerah jangkauan serta ritme yang tidak optimal.

Meskipun DBD sudah banyak diketahui oleh petugas kesehatan dan masyarakat, namun KLB masih sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang DBD dan cara pengendalian serta antisipasi pencegahannya masih sangat lemah dan dapat dikatakan masih sekedar retorika dan seremonial belaka. Di sini kunci jawaban mengapa KLB selalu terjadi.

Penyakit berbasis lingkungan
DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Sehingga tidak ada cara yang ampuh untuk mencegah terjadinya penularan kecuali dengan memutus rantai penularan, yaitu mencegah gigitan nyamuk dan memberantas nyamuk penularnya. Dalam upaya penanggulangannya dibutuhkan pemikiran dan penelitian para ahli lingkungan, ahli entomologi (ahli serangga) serta ahli insektisida.

Peranan biologi molekuler juga diperlukan dalam mengamati dan mengupayakan menghentikan penularan trans-ovarial pada nyamuk aedes. Penularan trans ovarial adalah penularan secara intra molekuler pada sel-sel telur nyamuk terinfeksi, sehingga begitu telur nyamuk menetas menjadi jentik, di dalam tubuhnya telah ada virus dengue yang menetap hingga jadi nyamuk dewasa dan siap ditularkan kepada manusia yang di tusuknya.

Jumlah kasus DBD berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat setempat untuk untuk mengkontrol perkembangnya nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor pembawa virus Dengue pada wilayah tertentu. Partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh pimpinan wilayah baik tingkat kelurahan, kecamatan dan wilayah kabupaten/kota. Memang bisa saja rakyat bergerak sendiri tanpa komando pimpinan wilayah tetapi berapa banyak partisipasi masyarakat yang muncul dengan sendirinya?

Peranan petugas kesehatan mutlak, bukan saja di bidang pengobatan (kuratif), tapi lebih kepada promosi kesehatan dan tindakan pencegahan (preventif). Peran ini mencakup semua insan kesehatan yang ada di suatu wilayah, baik pemerintah dan swasta. Upaya penyuluhan dan promosi ini harus terus menerus dilakukan pada daerah endemik DBD, bukan hanya kalau jumlah kasus meningkat saja. Kepala wilayah (Camat dan Lurah) beserta jajarannya yang proaktif turun ke masyarakat menjadi penggerak masyarakat pasti akan berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat dibandingkan pimpinan wilayah yang tidak turun ke masyarakat dan hanya berharap masyarakatnya bergerak sendiri mengatasi permasalahan yang ada di wilayahnya.

Slogan 3 M ternyata tidak efektif, karena masih saja hanya sebatas slogan dan tidak aplikatif dan tidak membudaya. Berbagai upaya untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan terutama untuk mencari sumber-sumber tempat hidup nyamuk harus terus menerus dilakukan. Di dalam rumah, setiap anggota keluarga harus mengamati tempat-tempat hidupnya jentik nyamuk seperti tampungan air dispenser, tampungan air di belakang kulkas, bak-bak mandi dan tampungan air lain didalam rumah. Selain itu vas bunga baik didalam maupun sekitar rumah harus diamati ada tidaknya air yang tergenang yang potensial untuk perindukan jentik nyamuk. Semua harus secara terus menerus diamati agar tidak dihidupi oleh jentik nyamuk. Bukan hanya sekedar untuk diketahui tetapi tidak dikerjakan

Kondisi hujan yang terjadi dan diselingi dengan cuaca panas akan berakibat terbentuknya genangan air yang memungkinkan telur nyamuk cepat berkembang menjadi jentik nyamuk dan menjadi dewasa. Harus diamati kaleng-kaleng bekas, ban-ban bekas, accu-accu bekas, botol-botol bekas minuman, serta drum-drum bekas dan barang pecah belah lain yang berserakan disekitar rumah yang potensial untuk digenangi air hujan untuk hidupnya jentik nyamuk. Secara wilayah harus menjadi perhatian tanah dan rumah kosong yang tidak terawat yang mungkin luput untuk diamati sehingga banyak genangan-genangan air yang terjadi yang berpotensi untuk tempat tinggalnya jentik nyamuk pembawa penyakit DBD ini. Jadi, slogan 3 M benar-benar tidak ”membumi” dan dibutuhkan revisi total agar sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.

Pemahaman harus berubah
Perlu perubahan pemahaman kesehatan lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif digantikan paradigma pembangunan kesehatan baru, yaitu paradigma sehat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan diharapkan mampu menciptakan masyarakat mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Program DBD harus mengutamakan promotif dan preventif termasuk peningkatan kapasitas petugas sebagai pintu masuk utama dalam meningkatkan pemahaman epideniologi penyakit. Langkah pertama ini harus diprogramkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan dan bermitra dengan sektor terkait. Tindakan jangan hanya dilakukan secara mendadak dan insidentil bila sedang terjadi KLB, tapi reguler dan terus menerus. Dengan meningkatkan pemahaman pada masyarakat, maka masyarakat menjadi mandiri dan mampu secara aktif melindungi dirinya sendiri.

Peningkatan pemahaman tentang DBD perlu dilakukan terhadap semua lapisan masyarakat, yang diawali pada semua petugas kesehatan pemerintah dan swasta di suatu daerah. Baru kemudian ke tingkat lurah/kepala desa, kepala lingkungan, ketua RW, ketua RT, organisasi profesi, ilmuwan, dan masyarakat termasuk PKK, LSM, pemberdayaan anak sekolah, serta lintas sektor terkait. Bisakah mimpi ini terwujud?

Penulis adalah Pemerhati Kesehatan
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=158065:dbd-mengapa-sulit-ditanggulangi&catid=25:artikel&Itemid=44

Pendekatan COMBI Untuk Berantas DBD di Batam

Pendekatan COMBI Untuk Berantas DBD di Batam
BATAM- Perkembangan penyakit yang disebabkan nyamuk menjadi perhatian serius Pemko Batam mengingat berbagai korban yang selalu muncul yang disebabkan siklus kehidupan penyebab penyakit tersebut berada di lingkungan permukiman manusia, yang keberadaannya dapat menyebabkan bahaya bagi manusia.
Salah satu penyakit yang sangat berbahaya disebabkan oleh nyamuk tersebut seperti Demam berdarah dengue (DBD), yang sampai saat ini di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan dalam wadah Pokjanal DBD (kelompok kerja operasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN 3M Plus) dan peningkatan profesionalisme pelaksana program.
Dalam rangka antisipasi DBD, pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Batam mengadakan sosialisasi hasil penerapan survey market analisis budaya setempat terhadap PSN 3M plus (Communication on Behavior Impact) (19/08) di Hotel Majesty Jodoh. Peserta sosialisasi perwakilan kecamatan dan kelurahan se-Kota Batam dan perwakilan SKPD se-Kota Batam diantaranya Badan Pemberdayaan Perempuan, Depag, PMPK UKM, PKK, dan LPM. Keseluruhan peserta sosialisasi 43 orang. Pembicara dari Pusat Arbovirosis yang menangani masalah DBD, yaitu dr. Sigit Priyo Hutomo, M.Pd, dan dr. Cicilia, S.KM. Keduanya membawakan materi terkait survey market dengan analisis container atau tempat penampungan air.
Tujuan dari sosialisasi tersebut agar para peserta mengerti dan paham betul tentang survey yang telah dilakukan. Selanjutnya setelah sosialisasi, dilakukan advokasi kepada RT, RW dan Kelurahan daerah percontohan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Mawardi Badar mengatakan seberapa pun gigihnya kita melakukan pengendalian terhadap (vektor) nyamuk, bila perilaku hidup bersih dan sehat masyarakatnya yang tidak mendukung, maka keberadaan nyamuk itu akan tetap menjadi ancaman (masalah) dikemudian hari. Untuk itu, langkah yang perlu dilakukan adalah biasakan kita untuk menjaga keadaan sanitasi lingkungan sekitar tempat tinggal agar tetap bersih dan sehat. Sebab, inilah sesungguhnya kunci dari segala kunci dalam pengendalian terhadap bahaya nyamuk. Kepala Bagian Pengendalian Penyakit Menular (P2M) drg. Sri Rupiati, mengatakan Community Behaviour Impact (Combi) merupakan perubahan yang paling mendasar pada perilaku masyarakat. Ada empat daerah yang nantinya digunakan sebagai daerah percontohan diantaranya Buliang, Bukit Tempayan, Tanjung Sengkuang dan Batu Merah. Program ini menggunakan metode COMBI yakni pendidikan dan pelatihan yang bertujuan agar terjadi perubahan perilaku masyarakat.
Menurut Rupiyati berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus, salah satunya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan pemberantas-an sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (menguras-menutup-mengubur). Selama ini berbagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam PSN-DBD sudah banyak dilakukan, tetapi hasilnya belum optimal dapat merubah perilaku masyarakat untuk secara terus menerus melakukan PSN-DBD di lingkungan masing-masing. Untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dalam PSN DBD, pada tahun 2004 WHO memperkenalkan suatu pendekatan baru yaitu Komunikasi Perubahan Perilaku (COMBI), tapi beberapa negara di Asean (Malaysia, Laos, Vietnam), Amerika Latin (Nikaragua, Brazil, Cuba) telah menerapkan pendekatan ini dengan hasil yang baik.
Di Indonesia sendiri sudah diterapkan daerah uji coba yaitu di Jakarta Timur dan memberikan hasil yang baik. Pendekatan tersebut lebih menekankan pada kekompakkan kerja tim (sebagai tim kerja dinamis). Perumusan dan penyampaian pesan, materi dan media komunikasi direncanakan berdasarkan masalah yang ditemukan oleh masyarakat dengan cara pemecahan masalah yang disetujui bersama. Akhirnya, dengan pendekatan COMBI diharapkan perubahan perilaku masyarakat ke arah pemberdayaan PSN dapat tercapai secara optimal. Sehingga nantinya di Batam tidak lagi ditemukan kasus DBD.
(humas_crew/ttn&nn)
Posted by Administrator on August 19, 2009.
http://humasbatam.com/2009/08/19/pendekatan-combi-untuk-berantas-dbd-di-batam/?wpmp_switcher=mobile

Semarang Miliki Perda DBD

Semarang Metro
29 Oktober 2010
Semarang Miliki Perda DBD (1)
Mengatur Upaya Pengendalian Penyakit
KOTA Semarang dinyatakan sebagai endemis demam berdarah dengue (DBD) urutan pertama dari 35 kota/kabupaten di Jateng. Terhitung Maret 2010 lalu, dari 17 kecamatan yang diteliti, ada 161 daerah yang telah endemis DBD. Kecamatan yang berada di peringkat atas adalah Tembalang, Ngaliyan dan Semarang Barat.

Melihat data itu, Pemkot sangat serius menanggulangi penyebaran penyakit tersebut. Hal ini tercermin dalam Perda Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit DBD. Dalam Perda tersebut terrangkum berbagai program pengendalian deman berdarah.

Selain memuat upaya pengendalian, Perda ini juga mengatur masalah koordinasi, pengawasan, pendanaan, bahkan sanksi administrasi serta berbagai kewenangan dan tanggung jawab Pemkot.
Partisipasi seluruh elemen pemerintahan, baik dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) maupun warga juga diatur dalam Perda ini. Dinas antara lain dituntut merumuskan berbagai kebijakan terkait pengendalian DBD serta memberin pelayanan kesehatan pada masyarakat.

Dalam upaya mengendalikan persebarannya, DKK telah merumuskan berbagai kegiatan teknis. Langkah-langkah yang telah diambil di antaranya mengadakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu tindakan 3M (menguras atau menyikat tempat penampungan air, menutup tempat-tempat air, serta mengubur barang bekas yang dapat menimbulkan pertumbuhan jentik nyamuk).
Kegiatan ini wajib dilaksanakan minimal setiap minggu oleh pengelola/pimpinan atau perorangan sebagai pemeriksa jentik.

Lacak Kasus

Sementara untuk pemeriksaan jentik berkala (PJB) dilakukan setiap tenaga kesehatan minimal setiap tiga bulan. Selain itu, ada pula penyuluhan rutin terkait berbagai penangan dan pencegahan DBD oleh kader dan petugas kesehatan.

Untuk menekan angka persebaran demam berdarah, Pemkot melalui Dinas Kesehatan juga melakukan penyelidikan epidemiologi yang berfungsi melacak kasus penderita.
Pelaksanaannya melibatkan petugas Puskesmas dan melalui pemberdayaan masyarakat dan tenaga terlatih di bawah pengawasan tim Puskesmas.

Sesuai petunjuk pelaksanaan penanganan kasus, hasil penyelidikan epidemiologi akan menentukan, apakah suatu lokasi positif terkena DBD atau tidak.

Bila positif, maka pada lokasi tersebut diadakan tindakan pemberantasan nyamuk dewasa, seperti dengan melakukan fogging atau pengasapan.
Tindakan fogging wajib ditempuh bila suatu lokasi positif kasus DBD dengan penanganan paling lama 5 x 24 jam.

Sementara untuk penderita, pelayanan dan perawatan dapat berupa rawat jalan dan/atau rawat inap. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib diberikan kepada penderita sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah kakit dan PKM.

Kegiatan fogging diadakan dalam dua putaran dengan interval satu minggu beradius 100 meter. Pelaksanaan oleh perusahaan pemberantasan hama atau perseorangan yang mengantongi izin dari dinas terkait.
Khusus untuk kejadian luar biasa (KLB), dilaksanakan fogging massal, serentak dan menyeluruh. Ini juga dilakukan dalam dua putaran dengan interval satu minggu berradius 100 meter.

Penentuan suatu wilayah sebagai wilayah KLB DBD didasarkan pada ada tidaknya peningkatan jumlah penderita DBD sebesar dua kali atau lebih dalam kurun waktu satu minggu/bulan dibandingkan dengan minggu/bulan sebelumnya, atau bulan yang sama pada tahun yang lalu. (Segara S-16)
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/10/29/128367/Mengatur-Upaya-Pengendalian-Penyakit-